Islam dan Kearifan Lokal di Sulawesi Selatan Pasca Islamisasi
Abstract
including the historical development of Islam. Some manuscripts
of lontara that provide information about the process of
Islamization in South Sulawesi are: Lontara Bilang Gowa Tallo,
Lontara’ Sukku’na Wajo and some others. The manuscripts also
describe the fusion of custom norms called panngadakkang/
pangadereng with the norms of religion called sara’. Custom
values get the same position with the religious values. Violations
of the norms of religion are regarded as violations of the norms
of custom. Integration of Islamic teachings into the custom and
people’s lives led to the joints of the custom and people’s lives
besides sara’ there are also ada’, rapang, wari’, and bicara.
The example of custom that is held firmly is matanre siri’, which
means having a high sense of shame and morality. Matanre siri’ is
one of the requirements that must be owned by a leader. Having
a sense of shame and noble character in Islam becomes the main
mission of the Prophet, even having a sense of shame is part of
one’s faith. The intermingling between the values of Islam and the
local custom takes place throughout the region of South Sulawesi.
As in Luwu, the structure of Palopo ancient city is still dominated
by the influence of the local culture. This proves that the presence
of Islam does not change the total socio-cultural images that have
established. The reality shows that Islam just deconstructs the local culture to be accordance with Islamic aqidah (faith) and law
according to al-Qur’ān and Hadith.
Keywords: custom, lontara, norm, local policy
Sumber informasi utama sejarah Sulawesi Selatan adalah
lontara’, termasuk sejarah perkembangan Islam. Beberapa
naskah lontara yang dapat memberikan tentang proses Islamisasi
di Sulawesi Selatan antara lain: Lontara Bilang Gowa Tallo,
Lontara’ Sukku’na Wajo, dan beberapa naskah lontara lainnya.
Termasuk didalamnya digambarkan bagaimana terjadinya
peleburan norma-norma adat yang disebut pangadakkang/
pangadereng dengan norma-norma agama yang disebut sara’.
Nilai-nilai adat menjadi setingkat dengan agama. Pelanggaran
terhadap norma-norma agama akhirnya identik dengan
pelanggaran terhadap adat. Integrasi ajaran Islam ke dalam adat
istiadat dan kehidupan masyarakat menyebabkan sendi-sendi
adat-istiadat dan kehidupan masyarakat selain sara’ ada pula
ada’, rapang, wari’, dan bicara. Contoh adat yang dipegang kokoh
adalah matanre siri’ yang berarti mempunyai rasa malu yang
tinggi dan berakhlak mulia. Matanre siri’ ini merupakan salah
satu persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Rasa Malu dan akhlak mulia dalam Islam menjadi misi utama
Rasulullah Saw, bahkan mempunyai rasa malu adalah bagian dari
Iman seseorang. Pembauran antara nilai-nilai Islam dengan adat
local berlangsung merata di wilayah Sulawesi Selatan. Seperti
di daerah luwu, struktur kota kuno Palopo masih didominasi
pengaruh budaya lokal. Hal ini membuktikan bahwa kehadiran
Islam tidak merubah secara total citra-citra sosial budaya yang
telah mapan. Kenyataan menunjukkan, Islam hanya melakukan
dekonstruksi budaya lokal sejauh sesuai aqidah dan syariah
menurut al-Qur’an dan Hadits
Kata Kunci: adat, lontara, norma, kebijakan lokal
Full Text:
PDFReferences
Anonim, Lontara Bilang Gowa-Talo. Kepunyaan Yayasan
Kebudayaan Daerah Sulawesi-Selatan. Kopi Lontara ini
juga tersimpan di Perpustakaan Nasional RI di Jakarta.
Anonim. Lontara Pattorioloang (1883). Kepunyaan Yayasan
Kebudayaan Daerah Sulawesi-Selatan. Kopi Lontara ini
tersimpan di Arsip Nasional RI Wilayah Sulawesi Selatan,
Rol, 13. 17.
Anonim, Lontara Latoa. Kepunyaan Yayasan Kebudayaan
Daerah Sulawesi-selatan, t.th. “Lontara Latoa” dalam B. F.
Matthes, Boegenesche Chrestomathie, Jilid II, (Amsterdam,
.
Sumber Sekunder
Abbas, Irwan, dan Suriadi Mappanganro. Sejarah Islam di
Sulawesi Selatan, Makassar: Lamacca Press, 2003.
Abdullah, Taufik. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jakarta:
Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002.
Ambary, Hasan Muarif Ambary, Arkeologi Islam Indonesia:
Gambaran Umum , Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi
Nasional, 1998.
Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abad XVII dan XVIII. Jakarta: Prenada Media,
Departemen Agama RI, al-Qur’ān dan Terjemahnya, Jakarta:
Depag RI, 2008.
Djamas,Nurhayati. Agama Orang Bugis, Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Agama DEPAG RI, 1998.
Drewes, G. W. J. ”New Light on the Coming of Islam to Indonesia?”
dalam Ahmad Ibrahim, ed, Reading on Islam in Southeast
Asia, Singapore: Institute of Southeast Asian Studies,
Getteng, Abd. Rahman. Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan,
Yogyakarta: Graha Guru, 2005.
Halide, “Norma Adat dan Agama Islam Dulu, Kini dan Esok
di Sulawesi Selatan”, dalam Dewan Redaksi, Islam dan
Kebudayaan Indonesia Dulu, Kini dan Esok, Jakarta: Yayasan
Festival Istiqlal, 1993.
Abu Hamid, Selayang Pandang, Uraian Tentang Islam dan
Kebudayaan (dalam buku Bugis Makassar Dalam Peta
Islamisasi Indoensia), Ujung Pandang: IAIN, 1982.
_______, Sistem Pendidikan Madrasah dan Pesantren di Sulawesi
Selatan, Ujung Pandang: Fakultas Sastra Unhas, 1982 .
_______, Syekh Yusuf Seorang Ulama Sufi dan Pejuang, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 1994.
Johns, A.H. “Islam in Southeast Asia: Problems of Perspective”
dalam Ahmad Ibrahim, ed, Reading on Islam in Southeast
Asia, Singapore: Institute of Southeast Asia Studies, 1985.
_______, Sufism as a Category in Indonesian Literature and
History, JSEAH, 2, II, 1961.
Kadir, Harun. Dkk. Sejarah Daerah Sulawesi Selatan, Jakarta:
Depdikbud, 1978
Kambie, A. S Kambie, Akar Kenabian Sawerigading: Napak Tilas
Jejak Ketuhanan Yang Esa dalam Kitab I lagaligo (Sebuah
Kajian Hermeunetik), Makassar: Parasufia, 2003
Mahmud, M. Irfan. Kota Kuno Palopo Dimensi Fisik, Sosial dan
Kosmologi, Makassar: Masagena Press, 2003
Mattulada, South Sulawesi, Its Ethnicity and Way of Life,
Southeast Asian Studies, Vol. 20, No. I, June, 1982.
_______, Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar dalam Sejarah.
Ujung Pandang: Bhakti Baru, 1982
_______, “Pre-Islamic South Sulawesi”, dalam Majalah
Universitas Hasanuddin, VI-XVI, No. 11, Juli 1975.
_______, Bugis Makassar, Manusia dan Kebudayaan. (Makassar.
Berita Antropologi No. 16 Fakultas Sastra UNHAS, 1974.
_______, Latoa Satu Lukisan Analitis terhadap Antropologi Politik
Orang Bugis, Ujung Pandang: Hasanuddin University
Press, 1995.
Mudzhar, M. Atho. “Masjid dan Bakul Keramat” dalam
Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2002.
Nata, Abuddin. Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan
Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2003.
Noorduyn, “De Islamisering Van Makassar” dalam BKI, No. 112,
_______, Islamisasi Makassar, Jakarta: Bhratara, 1972.
Padindang, Ajiep. Tradisi Masyarakat Islam di Sulawesi Selatan
Makassar: Lamacca Press dan Biro KAPP Pemprov
Sulawesi Selatan, 2003.
Pelras, Christian. The Bugis, Oxford: Blackwell Publishers, 1996.
_______, Religion, Tradition, and the Dynamics of Islamization in
South Sulawesi, Archipel 29, 1985.
Rapi, Andi Massiara Daeng, Menyingkap Tabir Sejarah dan
Budaya di Sulawesi Selatan, Jakarta:Yayasan Bhineka
Tunggal Ika, 1988.
Sewang, Ahmad, Islamisasi Kerajaan Gowa (Abad XVI sampai
Abad XVII), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005
_______, Peranan Raja Bone dalam Islamisasi: Telaah tentang
Awal Perkembangan Islam, Makalah disampaikan pada
Seminar Nasional STAIN Watampone, 1997.
Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Indonesia, Jakarta:
Rajawali Press, 2005.
Syamsu, Muhammad, Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan
Sekitarnya, Jakarta: PT Lentera Basritama, 1999.
Syukur, Zamzam. Islamisasi Kedatuan Luwu, Disertasi Sekolah
Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
DOI: http://dx.doi.org/10.47466/hikmah.v11i1.146
Refbacks
- There are currently no refbacks.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.
ALHIKMAH Islamic Studies Institute (STAI ALHIKMAH) Jakarta Jl. Jeruk Purut No. 10 Cilandak Timur Pasar Minggu Jakarta Selatan 12650 Telp/Fax. (021) 7890521 E-mail: staialhikmahjakarta10@gmail.com/jurnal_hikmah@yahoo.com