Menyoal Teks Normatif Seputar Kubur (Kajian Sanad dan Matan Hadis Tentang Ziarah Kubur)

Abusiri Abusiri

Abstract


Until recently, the hadith related to the pilgrimage of the grave
is not seldom questioned, both regarding the status of the isnad,
quality as well as understanding the contextualism meaning of
matan. Because of this, so great that can set about understanding
the hadith this grave pilgrimage proportionately, namely when the
hadith is understood by textual, contextual, universal, temporal,
and local.
To find out a comprehensive understanding of the hadith about
this grave pilgrimage, it must be known in advance the meaning
behind the text or the intent behind the prohibition on grave
pilgrimage for women, making it a place of worship, and giving
it lights or lighting. This can be done by connecting with other
similar verses history or see asbāb al-wurūd of al-hadith is first
done after the criticism of matan and isnad.
From the study in this article, it appears that at first the grave
pilgrimage for women, made the grave a place of worship, and
gave it lighting (lights) are indeed prohibited with the intention of
keeping the aqidah or monotheism of Allah, preventing dependency
to people who have died, and avoid shirk by extolling the grave,
and avoid many lamented over their fate and a lack of patience for
a woman. But after missing it concerns-severely screwing things, ~ HIKMAH, Vol. XIV, No. 2, 2018
everything should be with the intention of adding to the faith. So,
the existence of the ban because of maslaḥah and it’s possible too
because of maslaḥah.
Keywords: Isnad, Matan, Hadith, Grave

Abstrak
Sampai saat ini, hadis yang berkaitan dengan ziarah kubur tidak
jarang dipersoalkan, baik mengenai status sanad, kualitas matan
maupun pemahaman makna kontekstualnya. Karena itu, begitu
besar urgensinya bisa mendudukkan pemahaman hadis tentang
ziarah kubur ini secara proporsional, yakni kapan hadis tersebut
dipahami secara tekstual, kontekstual, universal, temporal,
maupun lokal.
Untuk mengetahui pemahaman secara komprehensif tentang
hadis ziarah kubur ini, harus diketahui terlebih dahulu makna
dibalik teks atau maksud dibalik larangan ziarah kubur bagi
wanita, menjadikannya sebagai tempat ibadah, dan memberinya
penerangan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menghubungkan
dengan riwayat lain yang semakna atau melihat asbab al-wurud
dari hadis tersebut setelah terlebih dahulu dilakukan kritik sanad
dan matannya.
Dari kajian dalam artikel ini tampak bawa ziarah kubur
bagi wanita, menjadikan kubur sebagai tempat ibadah, dan
memberinya penerangan (lampu) pada awalnya memang dilarang
dengan maksud memelihara aqidah atau ketauhidan Allah SWT,
mencegah ketergantungan kepada orang yang telah meninggal,
dan menghindari kesyirikan dengan mengagung-agungkan kubur,
dan menghindari banyak keluh kesah dan kurangnya kesabaran
bagi wanita. Namun setelah kehawatiran-kekhawatiran itu
hilang, semuanya menjadi boleh dengan maksud menambah
keimanan. Jadi, adanya larangan karena adanya maslahah dan
diperbolehkannyapun karena maslahah.
Kata Kunci: Sanad, Matan, Hadis, Kubur

Full Text:

PDF

References


Asqalani, Ibn Hajar, Tahzib at-Tahzib, Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiah, tt..

Asy’as, Abu Daud Sulaiman bin, al-Jami’ as-Sahih, t.p: Dar al-Fikr,

tt.

Al-Azami, M.M., Dirasat al- Had’īs al-Nabaw’ī, t.tp: Jamiah al-

Riyard, 1396 H.

Al-Bandari, Abdul, Sulaiman Mausu’ah, Juz II.

CD Hadis Kutub al-Tis’ah.

Hanbal, Ahmad bin, musnad, Beirut: Dar al-Fikr, tt.

http://library.islamweb.net/hadith/index.php;http://library.

islamweb.net/hadith/ hadith search.php. diakses 9 Juli

http://www.sarkub.com/memberi-penerangan-terhadap-kuburan/

download diakses tanggal 21 Agustus 2017

al-Idlibi Shalah al-Din ibn Ahmad, Manhaj Naqd al-Matn , Beirut:

Dar al-Afaq al-Jadidah, 1983M/1403H.

Ismail, Syuhudi, Metodologi Penelitian Hadis, Jakarta: Bulan

Bintang, 1999.

Itr, Nur, ‘Ulūm al-Had’īs, Al- Madinah al-Munawwarah: al-Maktabah

al-‘ilmiyyah, 1927.

Khatib, Ajjaj, Ushūl al-Had’īs”Ulumuhu wa musthalahuhu, Beirut:

Dar al-ma’rifah, 1963M.

Khatib, Baghdahdi, Abu bakar bin Ali tsabit, Kitab al-Kifāyah Fī Ilm

al- Riwāyah, Mesir: Matba’ah al-Sa’adah, 1972.

Khon, Abdul Majid, Ulumul Hadis, Jakarta: Amzah, 2008.

Majah, Ibn, Sunan Ibn Majah, tp: Dar al-Fikr, tt.

Qari, Ali, Syarh Nukhbah al-Fīkr, Beirut: Dar al-Kutb al-Ilmiah,

M.

Al-Razi, Abu Khatim, al-Jarh wa at-Ta’dil, Haidar al-Hindi: Majlis

Da’irah al-Ma’arif, 1952.

Sabbagh, Muhammad, al_hadīs al-Nabaw’ī, T.tp: al- Maktabah al-

Islāmi, 1997 M/1392 H).

Al-Shalah, Ibnu, ‘Ulūm al-Had’īs, Al-Madinah al-Munawwarah: al-

Maktabah al- Ilmiyah, 1972M.

Al-Shaleh, Subhi, “Ulum al-Had’īs wa Musthālahuhū, Beirut: Dār al-

Ilm Li al-Malayi, 1977.

Shiba’I, Mustafa, al-Sunnah wa Makānatuhā Fī al-Tasyrī’ al-Islām,

Beirut: Dar al-Qaumiyyah, 1966.

Subhani, Ja’far, Tawassul, Tabarruk, Ziarah Kubur, Karamah Wali,

Bandung: Pustaka Hidayah, 1995.

Suryadi, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi (Perspektif

Muhammad al- ghazali dan Yusuf Qardhawi), Yogyakarta:

TERAS, 2008.

Suyuti, Jalaluddin, Syarh Sunan an-Nasa’i, Beirut: Dar al-Fikr, tt.

Syamsul Haq, Abu at-Tibb Muhammad, ‘Aun al-Ma’bud Syarh Sunan

Abu Daud, Madinah: Maktabah al-Salafiyah, 1979.

Turmuzi, Abu Isa, al-Jami’ as-Sahih Makkah: al-Maktabah at-

Tujjariyah Mustaf Ahmad al-Baz, tt.

Turmuzi, Abu Isa, al-Jami’ as-Sahih, Makkah: al-Maktabah at-

Tujjariyah Mustaf Ahmad al-Baz, tt.

Winsink, A.J. Al-Mu’jam al-Mufahras li al-Faz al-Had’īs al-Nabaw’ī,

Leaden: Breil, 1936.




DOI: http://dx.doi.org/10.47466/hikmah.v14i2.113

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.

ALHIKMAH Islamic Studies Institute (STAI ALHIKMAH) Jakarta Jl. Jeruk Purut No. 10 Cilandak Timur Pasar Minggu Jakarta Selatan 12650 Telp/Fax. (021) 7890521 E-mail: staialhikmahjakarta10@gmail.com/jurnal_hikmah@yahoo.com